HOME SKRIPSI MAKALAH SOFTWARE NUPTK NISN FACEBOOK MUSIK

Daftar Isi



Manusia Dan Lingkungannya


MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA
Kegiatan Belajar 1
Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah tempat tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia. Pada lingkungan alam tersebut terjadi interaksi antara manusia dengan makhluk hidup lain.
Perilaku, perbuatan dan tindakan manusia yang terungkapkan berkecenderungan menyederhanakan alam sebagai lingkungan hidupnya.
Oleh karena itu dalam mengelola lingkungan alam yang berwawasan lingkungan harus memperhatikan aspek tanah, morfologi, vegetasi, hidrologi, cuaca, iklim, sumber mineral dan region.
Kegiatan Belajar 2
Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya sebagai lingkungan tempat manusia berada di lingkungan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting. Karakteristik lingkungan sosial budaya dapat ditelaah dari aspek struktur dan sistem sosial budaya yang ada di lingkungan masyarakat.
Individu berada di masyarakat sering menyimpang dari kebiasaan, norma dan aturan masyarakat. Individu tersebut akan merasakan hukuman sosial dari warga masyarakatnya berupa dikucilkan dari lingkungannya.
Sangat beranekaragamnya suku bangsa, bagi bangsa Indonesia merupakan Anugrah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga walaupun berbeda-beda suku bangsa tetapi tetap bersatu dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
MODUL 8
PENGARUH KEBUDAYAAN LUAR TERHADAP KEBUDAYAAN INDONESIA
Kegiatan Belajar 1
Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan adalah segala ciptaan manusia yang dipergunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan memenuhi kebutuhan hidup. Kebudayaan dapat berupa gagasan, ide, adat istiadat dan kebendaan. Kebudayaan terdiri dari unsur teknologi, sistem sosial, sistem politik, sistem kepercayaan dan agama, bahasa dan kesenian.
Kebudayaan selalu bersifat dinamis, karena manusia sebagai pencipta budaya selalu berubah jumlah dan daya ciptanya. Perubahan kebudayaan dapat disebabkan faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri seperti penemuan, perubahan jumlah dan komposisi penduduk, adanya ketidakpuasan atau penyimpangan terhadap budaya yang berlaku. Selain itu perubahan kebudayaan dapat pula disebabkan oleh faktor yang berasal dari luar seperti bencana alam, peperangan dan kontak dengan kelompok lain yang berbeda kebudayaannya.
Perbauran antara dua kebudayaan yang berbeda tanpa menimbulkan hilangnya ciri khas atau kepribadian kebudayaan asal disebut akulturasi. Kebudayaan yang sekarang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia umumnya hasil akulturasi yang sebelumnya melalui seleksi dan modifikasi sehingga tidak menghilangkan ciri khas kepribandian Bangsa Indonesia.
Kegiatan Belajar 2
Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam
Berdasarkan pengaruh yang datang dari luar kebudayaan Indonesia terbagi atas zaman pra-sejarah, zaman kuno, zaman madya dan zaman baru. Zaman pra-sejarah dibedakan atas zaman batu tua, batu muda, batu muda dan logam. Pada saat itu bangsa Indonesia sudah mengenal pertanian menetap, industri grabah dan alat pertanian, kesenian, kepercayaan, kerajinan tenun, anyaman dan kebudayaan megalitik yaitu bangunan batu besar.
Kebudayaan Hindu dan Budha berasal dari India, menghasilkan kebudayaan berupa candi, patung, seni pahat atau ukir, kesenian wayang dan kesustraan. Golongan yang aktif menyebarkan agama Hindu adalah pedagang, para Brahmana dan Ksatria, sedangkan agama Budha pedagang dan kaum bangsawan, dan Islam adalah pedagang. Hasil kebudayaan Islam berupa mesjid, seni pahat, dan kesusastraan. Bangsa Indonesia menunjukkan berperan aktif dalam mengadaptasi kebudayaan yang datang dari luar tersebut, memodifikasinya sesuai dengan wawasan dan keterampilannya, tanpa mengorbankan kaidah-kaidah pokok yang terkandung dalam tiap agama tersebut.
Kegiatan Belajar 3
Kebudayaan Barat
Kebudayaan Barat mengacu kepada kebudayaan orang-orang Eropa, termasuk Amerika, Australia dan Selandia Baru. Sedangkan kebudayaan timur adalah sebutan orang Eropa ke negara-negara Asia dan Afrika yang memang letaknya sebelah timur Benua Eropa.
Hasil kebendaan kebudayaan barat di Indonesia di antaranya adalah benteng-benteng pertahanan, gereja dan bangunan yang bergaya Eropa. Agama Kristen baik Katolik maupun Protestan adalah hasil kebudayaan lainnya.
Pengaruh kebudayaan barat, pada era globalisasi semakin intensif, hal ini dapat dilihat dari berbagai-bagai lapangan kehidupan seperti sistem pendidikan, pakaian, cara hidup, cara pergaulan, dan sebagainya. Pengaruh ini semakin tampak pada masyarakat perkotaan di mana interaksi antara berbagai bangsa baik langsung maupun tidak sangat tinggi.
Pengaruh asing yang datang tidak selamanya mendatangkan pengaruh positif, pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan budaya Bangsa tidak sedikit pula yang menyerap, karena itu peningkatan pengetahuan dan wawasan tentang nilai-nilai luhur budaya Bangsa mutlak diperlukan guna menyeleksi dan mengantisipasi pengaruh negatif tersebut.
MODUL 9
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MENCAPAI DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKLAAN
Kegiatan Belajar 1
Penjajahan di Indonesia dan Akibatnya
Timbulnya penjajahan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yang apabila dikelompokkan ada dua faktor, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor ekstern kedatangan Portugis di Asia Tenggara khususnya di Indonesia berkaitan erat dengan hal-hal yang terjadi di Eropa antara lain jatuhnya Constantinopel ke tangan Turki, berkembangnya paham Renaisance, kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan terjadinya perjanjian Tordesilas oleh Paus Alexander VI di Roma.
Kehadiran Portugis di Indonesia kemudian secara berturut-turut disusul oleh Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang. Pada dasarnya bangsa yang menjajah Indonesia memiliki karakteristik yang sama yaitu ingin menguasai dan menindas rakyat melalui monopoli perdagangan, pungutan pajak, kerja rodi/kerja paksa dan lain-lain.
Di antara bangsa-bangsa di atas, Belanda-lah yang paling lama menjajah Indonesia hampir 350 tahun. Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia ada hubungannya dengan perang delapan puluh tahun di negerinya. Dalam pada itu Belanda berusaha keras untuk mencapai Indonesia sebagai sumber rempah-rempah yang pada saat itu komoditi ini harganya mahal dan sangat menguntungkan. Pada tahun 1596 Cornelis de Houtman dan anak buahnya mendarat di Banten. Kejadian ini disusul oleh para pedagang Belanda yang datang langsung ke Indonesia sehingga terjadi persaingan di antara pedagang Belanda, akhirnya dibentuklah VOC dengan hak dan kewajiban yang melampaui statusnya sebagai badan dagang.
Reaksi segera timbul di mana-mana di seluruh Indonesia seperti di Maluku: Hitu (Kakiali), Ternate (Saidi), Tidore (Nuku) di Jawa: Mataram (Sultan Agung) di Banjar, Gowa (Sultan Hasanudin); perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati dan pergolakan di Mataram seiring dengan Perang Suksesi yang melahirkan terpecahnya Mataram menjadi kerajaan Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran.
Dapat dimaklumi jika akhirnya VOC harus memikul beban biaya yang sangat berat, sementara lawan-lawannya seperti Inggris dan Perancis semakin kuat, sedangkan di tubuh VOC sendiri telah berkembang penyakit korupsi yang semakin melemahkan kedudukan VOC. Akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan.
Selepas penjajahan Inggris 1811 – 1816, Belanda menjalankan beberapa perubahan sistem pemerintahannya, maka dilaksanakannya tanam paksa yang sangat memberatkan kehidupan rakyat saat itu, sehingga menimbulkan perlawanan rakyat seperti Patimura, Imam Bonjol, Sisingamangaraja XII, Pangeran Diponegoro dan lain-lain.
Demikianlah akhirnya kita masuk ke dalam abad 20, dengan bekal pengalaman pahit yang kemudian dijadikan cermin bagi perjuangan pergerakan nasional. Karena kearifan belajar dari pengalaman sejarahlah, maka perjuangan pergerakan nasional akhirnya berhasil mewujudkan cita-cita bangsa yakni kemerdekaan Indonsia.
Kegiatan Belajar 2
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mencapai Kemerdekaan
Timbulnya kesadaran akan perjuangan yang bersifat nasional bagi para tokoh pergerakan nasional dimungkinkan oleh beberapa faktor antara lain intern dari diri bangsa Indonesia sendiri yang timbul akibat tekanan, penindasan, diskriminasi dan perlakuan yang tidak wajar oleh pemerintah kolonial maka berdampak terhadap perasaan yang sama untuk bangkit memperjuangkan nasib bangsanya serta peristiwa-peristiwa kebangkitan nasional Filipina, pergerakan rakyat India, gerakan Turki Muda, Gerakan rakyat Cina serta perjuangan rakyat Mesir dan kemenangan Jepang terhadap Rusia.
Pergerakan nasional Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi yang bersifat kedaerahan dan nasional. Budi Utomo-lah pelopor lahirnya organisasi di Indonesia. Budi Utomo lahir untuk memperjuangkan nasib rakyat dan bangsa Indonesia yang hidup dalam keterbelakangan disejajarkan dengan bangsa lain yang telah maju. Setelah Budi Utomo lahir disusul oleh organisasi politik dan kemasyarakatan yang memiliki karakteristik masing-masing dalam mengembangkan organisasinya, namun pada dasarnya semua organisasi yang lahir pada saat itu memiliki tujuan yang sama yakni mencapai Indonesia merdeka.
Persamaan tujuan inilah yang menjadi benang merah di antara partai-partai politik, seperti; Sarekat Islam, Indische Party, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Parindra dan Gapi. Namun pada masa pendudukan Jepang semua partai politik ini dipetieskan dan diganti dengan organisasi yang dibuat dan dikendalikan oleh pemerintah Jepang sendiri.
Kegiatan Belajar 3
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mencapai Kemerdekaan
Perjuangan mempertahankan proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tidak lebih ringan dibandingkan dengan perjuangan dalam mencapai kemerdekaan. Sejak dibacakannya teks Proklamasi, rakyat Indonesia menghadapi beberapa cobaan. Cobaan ini berasal dari dalam bangsa Indonesia sendiri maupun yang berasal dari bangsa lain. Persatuan dan kesatuan bangsa diuji kekuatannya dalam rangka mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Bentrokan dengan tentara Jepang yang masih merasa sebagai penguasa, serta kedatangan Sekutu merupakan masalah pertama. Seandainya tugas tentara Sekutu dijalankan sesuai dengan apa yang tercantum dalam dokumen perjanjian sebenarnya tidak akan menimbulkan bentrokan-bentrokan dengan pejuang Indonesia. Kedatangan tentara Belanda dibalik pasukan Sekutu menyulut keadaan, serta menimbulkan peperangan juga mengakibatkan terganggunya kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Tindakan tentara Belanda atas bantuan Sekutu memancing situasi permusuhan dan menimbulkan peperangan, seperti pertempuran Surabaya, peristiwa Ambarawa, Semarang, Medan, Bandung dan lain-lain. Timbulnya peperangan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak ingin dijajah kembali.
Perjuangan diplomasi yang dilakukan bangsa Indonesia memberikan titik cerah penyelesaian pertikaian secara damai, walaupun isi persetujuan tersebut pada dasarnya banyak merugikan pihak Indonesia. Namun demikian, sementara perundingan berlangsung, tentara Belanda terus menekan pihak Indonesia dengan melancarkan peperangan seperti Agresi Miter Belanda pertama dan kedua terhadap wilayah RI, ini membuktikan bahwa Belanda bertindak licik dengan tujuan melenyapkan Pemerintah RI.
Berkat perjuangan yang gigih dan tidak mengenal menyerah, wakil pemerintah kita melalui KMB pada tanggal 27 Desember 1949 berhasil memperoleh pengakuan kedaulatan, walaupun pengakuan kedaulatan dalam bentuk negara serikat.
Untuk pelaksanaan Negara RIS digunakan UUDRIS 1949 yang berlaku untuk seluruh wilayah RIS, sedangkan untuk negara bagian RI (Yogyakarta) tetap menggunakan UUD 1945 sebagai UUD negara bagian. Setelah berjalan beberapa bulan timbullah konflik politik antara negara bagian yang menginginkan bersatu dengan RI Yogyakarta untuk mendirikan negara kesatuan kembali, sebagian lagi yang berada di bawah pengaruh Belanda bertahan tetap menjadi negara bagian.
Di samping alasan politik dalam bidang kemiliteran pun mengalami permasalahan yakni dalam menentukan APRIS, akibat dari kebijakan pemerintah pusat banyak daerah yang menentang dan mengadakan kekacauan seperti gerombolan Andi Aziz, Westerling, Soumokil, Kartosuwiryo, Ibnu Hajar, Kahar Muzakar dan lain-lain.
Untuk menegakkan demokrasi dan menyatukan perbedaan ideologi pada tahun 1955 diselenggarakan Pemilu I untuk memilih anggota DPR dan anggota Konstituante yang mempunyai tugas pokok menyusun dan menetapkan UUD negara yang baru. Karena dirasa Konstituante ini tidak mampu melaksanakan tugas pokoknya, maka tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mendekritkan untuk kembali kepada UUD 1945. Mulai masa inilah paham komunis dapat tumbuh subur dan akibat kelalaian bangsa Indonesia terhadap Pancasila dan UUD 1945 terjadilah tragedi nasional G 30 S/PKI.
MODUL 10
PEREKONOMIAN INDONESIA
Kegiatan Belajar 1
Sistem Perekonomian Indonesia
Setiap aktivitas, cenderung melibatkan komponen-komponen yang melingkupinya dan melalui langkah-langkah yang mendukung aktivitas tersebut. Gabungan komponen yang berjalan melalui langkah-langkah yang teratur dan terorganisasi disebut dengan istilah sistem.
Berbagai aktivitas manusia yang makin kompleks dewasa ini, menimbulkan berbagai sistem kegiatan manusia. Misalnya kegiatan manusia yang berkaitan dengan ekonomi akan menimbulkan sistem perekonomian, dan sebagainya. Sistem tersebut berjalan sesuai dengan sistem nilai yang berkembang dalam masyarakat itu.
Sistem perekonomian Indonesia merupakan sistem yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi bangsa Indonesia yang berjalan di atas tata nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang terangkum dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, dalam penerapan kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari harus dikembangkan dan bersumber pada sila-sila yang terdapat pada Pancasila dan pembukaan serta pasal-pasal yang terkandung dalam UUD 1945 beserta penjelasannya.
Derap pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dilaksanakan oleh pemerintah orde lama, lebih banyak menemui kegagalan. Situasi saat itu, di samping Indonesia baru merebut dan mempertahankan kemerdekaan, juga diwarnai pertikaian politik yang berkepanjangan. Demikian pula, titik berat pembangunan lebih banyak terpusat pada bidang politik. Oleh karena itu, perhatian kepada bidang ekonomi menjadi berkurang. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin tidak menentu arahnya pada tahun 1960-an, hal ini ditandai dengan ketidakstabilan sektor moneter, alokasi anggaran, neraca pembayaran, dan produksi, serta konsumsi. Ketidakstabilan ekonomi ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti pengeluaran pemerintah lebih banyak untuk sektor hankam, nasionalisasi berbagai perusahaan Belanda, dan berbagai proyek mercusuar serta puncaknya adalah pemberontakan G-30-S/PKI.
Sedangkan laju pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah orde baru lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi. Kemajuan di bidang ekonomi diharapkan akan menjadi lokomotif yang dapat menarik bidang-bidang lainnya. Pembaruan kebijakan ekonomi dituangkan dalam ketetapan MPRS, yang kemudian dijadikan sebagai GBHN yang pertama. Pada awal orde baru, dilakukan penataan kembali kehidupan ekonomi untuk meletakkan dasar-dasar perbaikan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama di bidang pangan dan sandang.
Untuk mendukung tercapainya tujuan di atas, maka dibuatlah perencanaan program jangka pendek lima tahunan dan program jangka panjang dua puluh lima tahunan. Berbagai kebijakan, seperti kebijakan moneter, perkreditan, perpajakan, perdagangan luar negeri, dan sebagainya dikeluarkan untuk mewujudkan cita-cita itu.
Sampai saat ini, pelaksanaan pembangunan di bawah pemerintah orde baru telah memasuki pelita keenam. Pembangunan ekonomi telah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat dan telah berhasil merubah struktur ekonomi Indonesia dari keadaan perekonomian sederhana menuju ke arah perekonomian modern atau industrialisasi. Sasaran bidang ekonomi yang akan dituju adalah sebagai berikut:
1.      penataan dan pemantapan serta memperkokoh struktur industri nasional yang terkait dengan sektor ekonomi lainnya.
2.      peningkatan diversifikasi usaha dan hasil pertanian yang didukung oleh industri pertanian.
3.      penataan dan pemantapan kelembagaan dan sistem koperasi.
4.      peningkatan pasar dalam negeri dan perluasan pasar luar negeri.
Keseluruhannya bersamaan dengan upaya peningkatan yang meliputi peningkatan kegiatan ekonomi rakyat, kesempatan usaha, lapangkan kerja, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan Belajar 2
Deregulasi dan Birokratisasi di Bidang Perekonomian dan Bisnis Era PJPT II
Kehidupan ekonomi dunia dewasa ini mengarah pada kecenderungan global yang makin menekankan sistem perdagangan bebas, negara mana pun akan sulit menghindarinya. Untuk dapat berperan dengan baik dalam sistem global ini, diperlukan sejumlah kesiapan dari masing-masing negara, seperti kesiapan sumber daya manusia, struktur ekonomi dan industri, perangkat kebijakan yang mendukung mekanisme ekspor, dan juga kesiapan mental para birokrat dan pengusaha, serta sarana dan prasana ekonomi. Semua kesiapan ini akan memperlihatkan hasil akhir dari pertarungan yang positif dalam perdagangan internasional. Yang perlu kita renungkan adalah bagaimana kesiapan Indonesia?
Sejak awal, pemerintahan orde baru telah melakukan serangkaian kebijakan ekonomi yang ditujukan untuk perbaikan dan pembaruan di bidang ekonomi yang mengalami kemunduran. Tetapi menjelang akhir abad ke-20, berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti titik berat pembangunan ekonomi, debirokratisasi ekonomi, dan deregulasi ekonomi lebih diarahkan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan yang makin tinggi dalam perdagangan dunia. Seyogianya para pelaku ekonomi, yaitu BUMN, BUMS, dan BUMK dapat membaca tanda-tanda zaman yang sedang mengalami perubahan.
Pemerintah telah menciptakan kondisi dan iklim perekonomian yang sehat, koperasi Indonesia diharapkan dapat lebih berperan dan menjadi sokoguru perekonomian Indonesia seperti yang dicita-citakan dalam UUD 1945. Dengan adanya UU No. 25 tahun 1992, koperasi dapat bergerak lebih leluasa karena belenggu “organisasi ekonomi yang berwatak sosial” telah berubah orientasi menjadi “badan usaha”. Diharapkan dengan kondisi demikian, koperasi dapat berdiri dan berjalan dengan penuh kepercayaan diri, dalam arti lebih mandiri, mampu membangun dan mengembangkan potensi dan ekonomi anggotanya dan masyarakat sehingga meningkat kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Demikian pula dengan usaha kecil sebagai bagian integral dari usaha nasional telah didorong dengan berbagai kebijakan, seperti pola kemitraan dengan usaha besar, di mana usaha besar menyisihkan sebagian kecil labanya untuk membantu permodalan usaha kecil. Pemberdayaan usaha kecil diharapkan akan berdampak pada perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan pada gilirannya akan memberikan sumbangan yang besar pada penerimaan negara, dan pada akhirnya memperkokoh perekonomian nasional.
Membaca tanda-tanda zaman, saat ini perekonomian Indonesia sedang menata diri untuk menghadapi perubahan tersebut. Indonesia tidak lagi menggantungkan diri pada penerimaan sektor migas tetapi lebih banyak dari sektor nonmigas. Seiring dengan itu, struktur ekonomi mengalami perubahan dari sektor pertanian menjadi industri manufaktur. Kontribusi sektor industri terhadap penerimaan negara lebih dominan dibandingkan sektor lainnya.
Untuk mendukung ketahanan ekonomi nasional berbagai hambatan ekonomi biaya tinggi dipangkas melalui berbagai kebijakan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan, sektor perdagangan, sektor investasi, dan debirokratisasi yang mempermudah prosedur perizinan ekspor maupun pendirian usaha serta regulasi di berbagai sektor.
Walaupun demikian, Indonesia masih dihinggapi berbagai tantangan dalam usaha untuk menata perekonomian nasional, antara lain:
1.      Sistem infrastruktur berupa SDM yang berkualitas rendah;
2.      Sistem birokrasi yang masih berbelit-belit;
3.      Sistem proteksi, monopoli, dan oligopoli untuk beberapa sektor industri dan perdagangan;
4.      Sistem perbankan nasional yang kurang kondusif bagi dunia usaha;
5.      Belum terciptanya pola keterkaitan antarusaha;
6.      Pengusaha lebih banyak menjual produknya untuk pasaran dalam negeri.
MODUL 11
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Kegiatan Belajar 1
Pembangunan di Indonesia
1.      Melaksanakan tugas pembangunan berarti adanya upaya secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakatnya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki.
2.      Dinamika pembangunan nasional tercermin dari setiap upaya dan hasil-hasil yang telah dicapai dari mulai Repelita I sampai dengan Repelita V. Serangkaian kebijakan dan strategi telah ditempuh oleh pemerintah dan bangsa Indonesia di setiap sektor pembangunan.
3.      Sasaran pembangunan pada 25 tahun pertama meliputi empat bidang sasaran yaitu bidang ekonomi, bidang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan sosial budaya, bidang politik, dan bidang pertahanan keamanan.
4.      Dinamika pembangunan nasional bermuara pada lima tujuan akhir yaitu kemakmuran di bidang material, kesejahteraan mental, kesejahteraan fisik dan rohaniah, kebahagiaan dan masyarakat bangsa yang berkeadilan sosial.
5.      Terdapat sembilan asas yang memberi arah pelaksanaan pembangunan nasional kesembilan asas tersebut adalah asas keimanan dan ketaqwaan, asas manfaat, asas demokrasi Pancasila, asas adil dan merata, asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam kehidupan, asas hukum, asas kemandirian, asas kejuangan, dan asas ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.      Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan dengan berpegang pada prinsip kesemestaan, partisipasi rakyat, keseimbangan kontinuitas, kemandirian skala prioritas dan pemerataan disertai pertumbuhan.
7.      Pembangunan di berbagai sektor telah dilaksanakan secara terus-menerus, makin meningkat meluas, mendalam, dan makin merata dalam kerangka trilogi pembangunan. Pelaksanaan pembangunan pada setiap sektor telah berhasil mengatasi masalah mendasar dan telah memberikan hasil yang berupa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan serta membangun landasan yang kuat untuk repelita-repelita selanjutnya.
Kegiatan Belajar 2
Hasil Pembangunan di Indonesia
1.      Suksesnya pelaksanaan pembangunan nasional didukung oleh beberapa faktor yaitu kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, posisi geografik negara, penduduk, kekayaan alam, faktor rohaniah dan mental, globalisasi ekonomi, kepercayaan kreditur luar negeri dan situasi politik nasional yang stabil.
2.      Pelaksanaan pembangunan nasional tidak berjalan mulus seperti yang dikehendaki tetapi pelaksanaannya banyak dihadapkan pada berbagai masalah yang merupakan penghambat pembangunan nasional. Faktor-faktor penghambat tersebut adalah gejolak sara, produktivitas penduduk yang rendah, kesenjangan sosial, kekurangan modal dan teknologi, persaingan dan proteksi negara lain di bidang perdagangan, serta tingkat pendidikan bangsa Indonesia yang kebanyakan masih rendah.
3.      Pembangunan dalam PJPT I telah berhasil mencapai tujuannya di berbagai bidang baik ekonomi, sosial budaya, politik maupun bidang pertahanan keamanan. Namun, disadari pula bahwa masih terdapat berbagai masalah yang sifatnya mendasar yang belum terselesaikan sampai dengan akhir Repelita V. Pembangunan jangka panjang pertama telah menghasilkan kemajuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan telah meletakkan landasan yang cukup kuat bagi bangsa Indonesia untuk memasuki PJPT kedua sebagai awal bagi kebangkitan nasional kedua dan proses tinggal landas.
4.      Era tinggal landas merupakan babak baru dalam pembangunan nasional di mana pelaksanaan pembangunan selain menitikberatkan pada sektor ekonomi, perhatian utama juga ditujukan pada peningkatan mutu aspek sumber daya manusia Indonesia agar tercipta manusia Indonesia yang unggul yang mampu mengemban amanah tongkat estafet pembangunan di masa depan.
MODUL 12
MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Kegiatan Belajar 1
Model Pembelajaran Konsep
Dari Kegiatan Belajar 1 di atas, Anda telah memahami beberapa hal tentang model pembelajaran konsep dasar IPS. Dari uraian di atas dapat dirangkum sebagai berikut.
1.      Untuk dapat memahami model pembelajaran konsep dasar IPS, perlu diketahui dahulu pengertian-pengertian seperti konsep, generalisasi (konsep dasar) IPS, pengertian pembelajaran serta memahami cara-cara/langkah-langkah dalam mengajarkan model pembelajaran konsep dasar IPS.
2.      Karena Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, psikologi sosial, maka konsep-konsep ataupun konsep dasar IPS diambil dari konsep ataupun dasar ilmu-ilmu sosial dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti faktor lingkungan, faktor masyarakat, faktor tujuan pendidikan nasional, faktor siswa dan sebagainya.
3.      Mengajar merupakan tugas bagi seorang guru, oleh karena itu keefektifan dalam mengajar akan banyak tergantung pada bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas dan keberhasilan guru dalam mengajar, salah satu di antaranya adalah kemampuan dalam memilih model/pembelajaran yang tepat.
4.      Banyak model-model pembelajaran yang perlu diketahui dan dipahami oleh guru. Joyce dan Weil (1986) mengelompokkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun/kelompok, yaitu:
1.      rumpun/kelompok model pemrosesan informasi, terdiri dari model berpikir induktif, model latihan inkuiri, model pertumbuhan kognitif, model penata lanjutan dan model memori.
2.      rumpun model-model personal, terdiri dari model pengajaran non-direktif, model latihan kesadaran, model sinektif, model sistem-sistem konseptual, dan model pertemuan kelas.
3.      rumpun model-model interaksi sosial, terdiri dari model, penemuan kelompok, model metode laboratori, model jurisprudensial, model bermain peran, dan model simulasi sosial.
4.      rumpun model-model behavioral (perilaku, terdiri dari model manajemen kontingensi, model kontrol diri, model relaksasi (santai), model pengurangan ketegangan, model latihan asertif, model latihan langsung.
5.      Agar guru dapat mencapai tujuan dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konsep-konsep dasar IPS, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      mencari unsur-unsur yang termasuk ke dalam konsep tersebut dan kemudian mengelompokkannya serta memilih konsep mana yang menjadi pilihan sebagai pokok bahasan.
2.      menentukan dan merumuskan tujuan instruksional
3.      pilihlah situasi dan media yang mendukung pelajaran tentang konsep tersebut serta dapat memperlancar pencapaian tujuan instruksional tersebut.
4.      merencanakan dan mencari hal-hal yang diperkirakan membantu siswa dalam proses pemahaman dan pemantapan konsep.
5.      mencari dan menentukan cara penyajian dan pengembangan proses internalisasi konsep secara lengkap.
Kegiatan Belajar 2
Model Pembelajaran Analisis Konsep
Dari uraian di atas, dapat dirangkumkan sebagai berikut:
1.      Bagi seseorang yang memilih jabatan guru sebagai profesinya perlu terus berupaya untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam bidang kependidikan termasuk penguasaan terhadap model-model pembelajaran serta terampil dalam memilih model pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan topik-topik/konsep tertentu kepada para siswanya.
2.      Untuk memilih model pembelajaran yang efektif didasarkan atas beberapa faktor. Menurut Huoston, Clift, Freiberg, dan Wamer ada lima faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) ekspektasi pengajar terhadap kemampuan siswa yang akan dikembangkan, (2) keterampilan pengajar dalam mengelola kelas, (3) jumlah waktu yang digunakan oleh siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat akademik, (4) kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran dan (5) variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar.
3.      Banyak model-model pembelajaran baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum. Begitu juga model pembelajaran yang berhubungan dengan pembelajaran konsep dasar IPS. Kosasih Djahiri (1978/1979) dalam bukunya “Pengajaran Studi Sosial/IPS” mengemukakan beberapa model belajar-mengajar IPS seperti: model lecturing yang disempurnakan, model mengajar konsep, model ekspositori, model partisipatori, model role playing, model vct, model inkuiri nilai, model inkuiri dan sebagainya.
4.      Model lecturing merupakan model pembelajaran yang banyak kelemahan/ kekurangan-kekurangannya, karena dalam kegiatan pembelajaran gurulah yang dominan. Hakikatnya memberi pelajaran dengan jalan ceramah, di mana guru berada di muka kelas, memimpin dan menentukan isi dan jalannya pelajaran dan mentransfer (menuangkan) segala macam rencana pelajaran yang dipandang baik/perlu bagi siswanya. Kegiatan pembelajaran yang demikian itu sebenarnya tidak cocok untuk pembelajaran IPS, karena dalam pembelajaran IPS keaktifan, kreativitas siswa sangatlah diperlukan. Namun demikian guru umumnya banyak menggunakan teknik ini, karena: (a) kebiasaan kiprah umum, (b) kebiasaan yang membaku padanya, (c) murah, mudah, dan cepat serta tidak memerlukan fasilitas yang banyak/susah. (d) ketidaktahuan akan cara/teknik lainnya, dan (e) faktor jumlah program dan kurang waktu.
Oleh karena itu untuk mengurangi kelemahan/kekurangan dalam model lecturing perlu adanya penyempurnaan dengan memberi sejumlah variasi teknik belajar-mengajar.
5.      Model-model pembelajaran lainnya yang cocok/efektif dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar konsep dasar IPS, di Sekolah Dasar (SD) dan dapat dilakukan guru, antara lain ialah model ekposisi, model role playing model inkuiri sederhana, dan lain-lainnya

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More